Pusat Panggilan Danuri
1577-1366
Telepon Konseling Keluarga
1644-6621
한국생활안내 정보더하기 사이트로 이동

Budaya dan Kehidupan Keluarga

  • Beranda
  • Budaya dan Kehidupan Korea
  • Budaya dan Kehidupan Keluarga

Budaya dan Kehidupan Keluarga

01Karakteristik Keluarga Korea

Keluarga di Korea memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari negara lain. Memahami karakteristik keluarga Korea dapat mempermudah kehidupan dalam keluarga dan membantu dalam memahami budaya Korea. Budaya keluarga dapat bervariasi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya, dan juga tergantung pada daerah. Secara tradisional, Korea dipengaruhi oleh budaya Konfusianisme. Oleh karena itu, budaya keluarga Korea memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara yang juga dipengaruhi budaya Konfusianisme. Namun, seiring dengan proses industrialisasi yang pesat, budaya keluarga Korea juga berangsur-angsur mengalami perubahan.

(1)Hubungan Keluarga

  • Orang Korea menganggap keharmonisan antar anggota keluarga sama pentingnya dengan kebahagiaan masing-masing anggota keluarga.
  • Orang Korea sangat mementingkan hierarki dan posisi dalam keluarga. Di dalam keluarga, anak-anak diajarkan untuk menghormati orang tua, kakek-nenek, dan kerabat yang lebih tua.
  • Meskipun ada kasus di mana anak yang sudah dewasa tinggal bersama dan merawat orang tua yang sudah lanjut usia, saat ini semakin banyak orang tua lanjut usia lebih memilih untuk hidup mandiri di rumah mereka sendiri dan menghabiskan masa tua bersama pasangan mereka.
  • Dengan adanya perubahan dalam masyarakat yang semakin beragam, serta perubahan persepsi dan berbagai faktor lainnya, bentuk keluarga menjadi semakin beragam. Tingkat penerimaan, baik secara pribadi maupun sosial terhadap berbagai bentuk keluarga, seperti keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga kakek-nenek dan cucu, keluarga multikultural, keluarga adopsi, keluarga yang menikah kembali, dan keluarga yang terdiri dari satu orang, semakin meningkat.

(2)Hubungan Suami Istri

  • Meskipun hubungan yang baik antara suami dan istri itu penting, menjalankan peran sebagai anak dan orang tua dalam keluarga juga dianggap sangat penting.
  • Tingkat kesadaran yang semakin tinggi mengenai pentingnya suami dan istri berdiskusi satu sama lain dan membuat keputusan bersama dalam hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, serta kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab yang sama dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, pengasuhan anak, dan pekerjaan rumah tangga.
  • Semakin tinggi tingkat kepuasan dalam komunikasi dengan pasangan, semakin tinggi pula tingkat kepuasan dalam pembagian pengasuhan anak, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan dalam hubungan suami istri secara keseluruhan.

(3)Adaptasi dalam Kehidupan Keluarga

Melalui pernikahan, individu-individu dengan latar belakang keluarga, gaya hidup, dan pola pikir yang berbeda akan membentuk satu keluarga. Oleh karena itu, menyesuaikan perbedaan dalam cara berpikir tentang kehidupan keluarga sangat penting, terutama pada awal pernikahan. Dalam kasus pernikahan internasional, di mana dua orang dengan latar belakang budaya yang berbeda bertemu, perbedaan dalam pemikiran tentang kehidupan keluarga mungkin menjadi lebih besar. Jika mengalami kesulitan dalam kehidupan keluarga akibat perbedaan dalam cara berpikir dengan pasangan, beberapa solusi berikut dapat dipertimbangkan:


  • Berusaha memahami budaya keluarga satu sama lain
  • Bertanyalah kepada pasangan atau orang tua pasangan mengenai tradisi keluarga mereka
  • Selesaikan kesulitan dalam kehidupan keluarga melalui komunikasi
  • Jangan berusaha menyelesaikan semua masalah sendiri, mintalah bantuan dari orang-orang di sekitar
  • Manfaatkan layanan Pusat Panggilan Danuri (☎1577-1366), yang merupakan lembaga konseling profesional
  • Jika masalah tidak dapat diselesaikan dengan solusi-solusi tersebut, sebaiknya diskusikan dengan seorang konselor melalui Pusat Panggilan Danuri (☎1577-1366).

02Tata Krama Berbahasa

Di Korea, cara memanggil atau berbicara kepada seseorang dapat berbeda tergantung pada situasinya, meskipun orang tersebut sama. Selain itu, gelar dalam bahasa Korea asli sering digunakan secara bersamaan dengan istilah dari bahasa Hanja. Oleh karena itu, jika salah menggunakan nama panggilan atau sebutan, seseorang dapat dianggap tidak sopan, sehingga harus berhati-hati. Nama panggilan (Hoching) mengacu pada istilah yang digunakan untuk memanggil seseorang secara langsung, sedangkan nama sebutan (Jiching) mengacu pada istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang saat berbicara dengan orang lain. Keduanya sering disebut sebagai gelar (Chingho) saat diucapkan.

(1)Bahasa Formal dan Bahasa Informal

Dalam bahasa Korea, ungkapan yang digunakan dapat berbeda tergantung pada usia lawan bicara, kedekatan hubungan, status, dan faktor-faktor lainnya. Terdapat bahasa formal (Jondaemal atau Nopimmal) yang digunakan untuk menghormati lawan bicara dan bahasa informal (Botongmal) yang lebih santai tetapi tidak merendahkan lawan bicara.

  • Bahasa formal digunakan ketika lawan bicara lebih tua, memiliki status yang lebih tinggi, atau dalam situasi formal.
  • Bahasa informal digunakan ketika berbicara dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, atau anak-anak.
    Contoh:
    Makan nasi (bahasa informal) / Menyantap hidangan (bahasa formal)
    Makasih (bahasa informal) / Terima kasih (bahasa formal)
    Jaga diri (bahasa informal) / Selamat tinggal (bahasa formal)

03Hari-hari yang Harus Diingat dan Dirayakan dalam Kehidupan Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, banyak peristiwa penting terjadi, seperti kelahiran bayi, pernikahan, dan kematian. Peristiwa-peristiwa ini sangat penting bagi individu dan keluarga, sehingga sudah sepatutnya dirayakan sebagai bentuk berbagi suka maupun duka.

(1)Peringatan Hari Kelahiran

  • Peringatan 100 Hari (Baekil): Di Korea, orang-orang memperingati hari ke-100 setelah kelahiran bayi. Makanan untuk peringatan 100 hari terdiri dari kue beras putih (Baekseolgi), kue beras ketan merah (Susugyeongdan), dan sup rumput laut (Miyeokguk). Bayi juga dipakaikan pakaian baru yang bersih untuk merayakan hari istimewa ini.
  • Ulang tahun pertama (Dol): Saat bayi merayakan ulang tahun pertamanya, keluarga mengadakan perayaan yang disebut “Doljanchi” dengan mengundang keluarga dan kerabat dekat. Bayi akan dipakaikan pakaian tradisional Korea (Hanbok), dan meja khusus yang disebut “Dolsang” disiapkan. Secara tradisional, di atas Dolsang akan ditata kue beras putih (Baekseolgi), kue beras berbentuk bulan sabit (Songpyeon), dan kue beras ketan merah (Susugyeongdan). Selain itu, untuk mendoakan kesehatan dan keberuntungan bayi, terkadang ada ritual khusus yang disebut “Doljabi” (melihat benda apa yang diambil oleh bayi). Para tamu juga akan memberikan hadiah disertai dengan ucapan-ucapan baik (Deokdam). Belakangan ini, beberapa restoran juga menyediakan meja khusus (Dolsang).
  • Hari ulang tahun: Ini mengacu pada hari kelahiran seseorang, dan untuk orang dewasa, digunakan istilah “Saengsin”. Secara tradisional, orang Korea akan menyiapkan dan memakan sup rumput laut (Miyeokguk) untuk sarapan pada hari ulang tahun. Tergantung pada kondisi keuangan keluarga, terkadang hidangan lezat akan disiapkan dan kerabat dekat atau teman dekat diundang. Orang yang diundang terkadang memberikan hadiah berupa barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang berulang tahun atau dalam bentuk uang tunai.
  • 현대식 돌상차림
    < Penataan Meja Dolsang Modern >

(2)Upacara Pernikahan

Terdapat dua jenis pernikahan, yaitu pernikahan tradisional dan pernikahan modern. Tetapi, pernikahan tradisional sekarang hampir punah dan sebagian besar orang lebih memilih pernikahan modern. Pernikahan modern dapat dilakukan di gedung pernikahan, hotel, gereja, atau kuil. Biasanya mempelai pria mengenakan tuksedo dan mempelai wanita mengenakan gaun pengantin. Meskipun mengadakan pernikahan modern, pengantin tetap melakukan sungkeman kepada orang tua dan kerabat seperti dalam pernikahan tradisional. Sungkeman ini disebut 'Pyebaek'.

(3)Ulang Tahun ke-60 dan ke-70 (Perayaan Panjang Umur)

  • Ulang tahun ke-60 (Hoegap): Merupakan hari ulang tahun seseorang yang mencapai usia 60 tahun (61 tahun dalam usia Korea). Dalam tradisi Korea, acara ini diadakan oleh anak-anak untuk orang tua mereka sebagai bentuk perayaan untuk hidup sehat dan panjang umur, mengingat bahwa pada zaman dahulu harapan hidup lebih pendek. Namun, seiring dengan meningkatnya harapan hidup, acara ini terkadang digantikan dengan perayaan yang lebih sederhana. Di masa lalu, acara ini berfokus pada perayaan besar, tetapi belakangan ini, banyak yang memilih untuk mengirim orang tua mereka berlibur atau memberikan hadiah, termasuk uang tunai, sebagai bentuk ketulusan kepada orang tua.
  • Ulang tahun ke-70 (Gohui): Merupakan hari ulang tahun seseorang yang mencapai usia 70 tahun (71 tahun dalam usia Korea). Perayaan ulang tahun ini biasanya dirayakan lebih meriah dibandingkan dengan perayaan ulang tahun biasa, dengan mengundang orang-orang terdekat dan memberikan hadiah.

(4)Upacara Pemakaman

Upacara pemakaman mengacu pada upacara penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang meninggal dunia. Keluarga dari orang yang telah meninggal akan mengenakan pakaian berkabung, sedangkan mendiang dikenakan pakaian jenazah (Suui). Pada umunya, pakaian jenazah sudah dipersiapkan sendiri oleh yang bersangkutan semasa masih hidup.
Pakaian berkabung dapat berbeda tergantung pada keluarga atau daerah. Ada kalanya orang mengenakan pakaian berkabung tradisional dari kain goni, tetapi umumnya mereka memakai pakaian berwarna putih atau hitam. Para tamu yang datang melayat* sebaiknya menghindari pakaian dengan warna yang terlalu mencolok dan lebih baik mengenakan pakaian berwarna hitam atau putih. Saat melayat, para tamu menyampaikan rasa duka dengan cara berdoa atau memberi penghormatan, sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan oleh keluarga yang berduka. Mereka juga memberikan uang duka (secara tunai) sesuai dengan kemampuan masing-masing.

  • Melayat: Mengungkapkan rasa belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan dengan menunjukkan simpati dan memberikan dukungan

(5)Upacara Peringatan Leluhur

Upacara untuk menghormati orang tua yang telah meninggal dunia diadakan pada hari kematian mereka atau malam sebelumnya, dan tata caranya bervariasi. Biasanya, semua orang mengenakan pakaian sederhana sebagai tanda penghormatan kepada mendiang. Pelaksanaan upacara ini dapat berbeda tergantung pada budaya keluarga dan agama masing-masing individu.

  • Gijesa: Upacara peringatan yang diadakan pada malam hari kematian leluhur, biasanya dilakukan untuk menghormati leluhur hingga generasi kedua.
  • Charye: Upacara peringatan untuk leluhur yang diadakan pada hari raya, termasuk upacara pada Tahun Baru, hari makanan Korea, dan Chuseok.
  • 기제사
    < Gijesa >
Sumber
Karya ini dapat digunakan dengan ketentuan